About Me

My photo
simple, temper, risk taker, backpacker, spontaneous, lovely, adventurous, unpredictable, emo

Sunday, June 7, 2009

Mutiara Hijau Dipuncak Halimun


Satu lagi Taman Nasional di barat pulau Jawa, Gunung Halimun. Merupakan Taman Nasional yang mencakup lebih dari 40.000 ha, diresmikan pada tangal 28 Februari 1992. Dengan keanekaragaman flora dan fauna yang ada, tahun 1993 Taman Nasional Gunung Halimun menjadi Biodiversity Conservation Project yang merupakan kerjasama antara pemerintah Indonesia dengan pemerintah Jepang dibawah naungan Japan International Cooperation Agency (JICA). Salah satu keunikan dari taman nasional ini ialah terdapat perkebunan dan pabrik teh ditenga-tengahnya.
September 2005 yang lalu, kami menjelajahi Taman Nasional ini. Setelah melakukan registrasi dikantor PHPA, kami melanjutkan perjalanan menuju perkebunan teh Nirmala dengan menggunakan truk pasir besar, yup..karena kondisi jalan tidak memungkinkan mobil pribadi atau bahkan bus pariwisata untuk masuk ke dalam areal TNGH. sebuah pengalaman yang unik yang belum tentu semua orang pernah melakukan ini. Setelah sampai kami mulai mempersiapkan makan malam dan briefing untuk hari esok. Suhu dimalam hari mencapai 3 derajat celcius, bisa dibayangkan seperti apa..Tak terlewatkan bagi kami untuk menikmati sunrise yang begitu indah dipagi hari, rasa dingin yang menusuk serasa hilang seiring dengan bangunnya sang mentari. Hari ini kami melanjutkan perjalanan menuju perkebunan teh dan pabriknya. Setelah menyelusuri kebun teh kurang lebih setengah jam, kami tiba di pabrik teh Nirmala, disana kami bertemu dengan lokal guide yang menjelaskan bagaimana teh diproduksi, khususnya diperkebunan teh Nirmala ini. Selain mendapat pengetahuan tentang alam, kami juga mengetahui bagaimana mengolah kekayaan alam tersebut menjadi sesuatu yang berguna bagi kehidupan. Setelah makan siang, perjalanan kami lanjutkan menuju Cepakkopi, untuk mencapainya, kami harus berjalan menelusuri hutan kurang lebih 1 jam. Suara hutan menyambut kami, setelah sampai, kami mulai mendirikan tenda dan mempersiapkan makan malam, udara dingin mulai menggerogoti badan kami, dan api unggun yang besarpun tidak luput kami nyalakan.
Hari berikutnya, dari Cepakkopi kami menuju Citalahap, dalam perjalanan mengunjungi Curug Piit dengan menggunakan truk. Karena truk hanya bisa sampai diperbatasan, perjalanan kami lanjutkan dengan berjalan kaki selama kurang lebih 3 jam. Kami beristirahat sejenak untuk menyantap makan siang, baru sadar, ternyata makan siang kami ditemani oleh pemandangan pegunungan dan ladang sawah dengan terasering yang sempurna, sangat mendamaikan hati. Setelah sampai di Curug, kami pun tidak melewati kesempatan untuk menikmati air terjun yang sangat indah, rasa lelah selama perjalanan pun hilang seketika.. setelah puas, kami kembali menuju perbatasan, dengan kembali berjalan kaki kurang lebih 4 jam, kami sampai diperbatasan, disana truk besar sudah menunggu untuk menghantarkan kami ke Citalahap. Hujanpun tak segan mengguyur kami dalam perjalanan. Setelah sampai, kami segera mendirikan tenda dan menyiapkan makan malam. Dan pijat refleksi dadakan pun diadakan..
Hari terakhir di TNGH kami habiskan dengan trekking dari Citalahap menuju Cikaniki, perjalanan kurang lebih 1 setengah jam. Cikaniki merupakan pusat konsevasi alam pemerintah Indonesia yang bekerja sama dengan Jepang (JICA), disana terdapat kantor administrasi, guest house, dan canopy walk yang biasa digunakan para turis dan bird observator untuk mangamati aktifitas burung-burung dan satwa lainnya dipagi hari. Setelah makan siang, kami pun mengakhiri perjalanan dengan kembali pulang. Karena kami pulang pada hari yang sudah menjelang malam, kami melihat penduduk lokal yang sedang mencari kumbang dan ngengat. Caranya cukup unik, mereka membentangkan kain putih yang cukup besar, dan di baliknya mereka pasang lampu pijar bewarna kuning untuk menerangi kain tersebut. Dan tak lama kemudian, sinar lampu itu menarik perhatian para kumbang dan ngengat untuk hinggap di kain tersebut. Setelah kumbang dan ngengat sudah memenuhi kain, mereka hanya menjaringnya dan memasukannya kedalam botol untuk nantinya diawetkan dan dijadikan suvenir. pekerjaan itu mereka lakukan mulai sore hingga malam hari, dan menjadikannya mata perencaharian tambahan selain menjadi buruh pabrik dan pemetik teh.
Satu lagi pengalaman yang tak terlupakan.. dengan mengunjungi TNGH, kami merasakan suasana hutan pegunungan yang berbeda dan mengetahui bagaimana proses pengolahan teh mulai dari penanamannya hingga pengemasannya. What a wonderfull journey..